Semakin terbatasnya jumlah ketersediaan sistem pengalamatan jaringan internet IPV4 (internet protocol versi 4) membuat Department Komunikasi dan Informasi mulai melirik keberadaan IPV6 yang menyediakan sistem pengalamatan yang lebih besar dan banyak.
Menurut Kepala bagian umum dan Humas Depkominfo irektorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi Gatot S Dewa Broto, sistem IPV4 yang digunakan sejak 1983 mempunyai ketersediaan IP sekitar 4 miliar.
“Namun, dari data yang saya terima dari IANA (salah satu lembaga pengelola alamat IP) jumlah ketersediaan alamat IP saat ini tinggal 700 juta,” ujar Gatot di JAkarta Kamis (30/10).
Gatot melanjutkan, jumlah tersebut amatlah riskan, melihat pertumbuhan dan penggunaan internet di Indonesia saat ini. “Apalagi, sejak tahun 2006 sudah dibangun jaringan internet pendidikan, di mana pada tahun 2012 ditargetkan dapat menghubungkan 30 juta siswa ke internet,” sebutnya.
Selain itu, kata Gatot, aplikasi bisnis, pemerintahan, dan layanan mobile juga akan banyak membutuhkan alamat IP. “Karena pemanfaatan sumber daya internet seperti domain dan IP akan bergeser dari institusi menjadi individual. Serta dari perkantoran juga sekolah beralih ke rumah dan ke layanan mobile,” terangnya.
Karenanya pada 2010, jelas Gatot, jaringan fiber optik proyek Palapa RING dapat diselesaikan, untuk menunjang pengaplikasian IPV6 yang dapat beroperasi untuk menghubungkan 465 kota di Indonesia dengan jumlah total kapasitasmencapai 600 GBPS. (kompas.com)
Hmm… Makin Bingung, Apa sich sebenarnya IPv4 & IPv6 ??. Apa juga yang membedakannya….
Alright.. berikut ini penjelasan tentang pertanyaan diatas & perbedaan antara keduanya.
Dalam IPv6, alamat 128-bit akan dibagi ke dalam 8 blok berukuran 16-bit, yang dapat dikonversikan ke dalam bilangan heksadesimal berukuran 4-digit. Setiap blok bilangan heksadesimal tersebut akan dipisahkan dengan tanda titik dua (:). Karenanya, format notasi yang digunakan oleh IPv6 juga sering disebut dengan colon-hexadecimal format, berbeda dengan IPv4 yang menggunakan dotted-decimal format.
Berikut ini adalah contoh alamat IPv6 dalam bentuk bilangan biner:
0010000111011010000000001101001100000000000000000010111100111011000000101010101000000000 1111111111111110001010001001110001011010
Berbeda dengan IPv4 yang hanya memiliki panjang 32-bit (jumlah total alamat yang dapat dicapainya mencapai 4,294,967,296 alamat), alamat IPv6 memiliki panjang 128-bit. IPv4, meskipun total alamatnya mencapai 4 miliar, pada kenyataannya tidak sampai 4 miliar alamat, karena ada beberapa limitasi, sehingga implementasinya saat ini hanya mencapai beberapa ratus juta saja. IPv6, yang memiliki panjang 128-bit, memiliki total alamat yang mungkin hingga 2128=3,4 x 1038 alamat. Total alamat yang sangat besar ini bertujuan untuk menyediakan ruang alamat yang tidak akan habis (hingga beberapa masa ke depan), dan membentuk infrastruktur routing yang disusun secara hierarkis, sehingga mengurangi kompleksitas proses routing dan tabel routing.
Sama seperti halnya IPv4, IPv6 juga mengizinkan adanya DHCP Server sebagai pengatur alamat otomatis. Jika dalam IPv4 terdapat dynamic address dan static address, maka dalam IPv6, konfigurasi alamat dengan menggunakan DHCP Server dinamakan dengan stateful address configuration, sementara jika konfigurasi alamat IPv6 tanpa DHCP Server dinamakan dengan stateless address configuration.
Seperti halnya IPv4 yang menggunakan bit-bit pada tingkat tinggi (high-order bit) sebagai alamat jaringan sementara bit-bit pada tingkat rendah (low-order bit) sebagai alamat host, dalam IPv6 juga terjadi hal serupa. Dalam IPv6, bit-bit pada tingkat tinggi akan digunakan sebagai tanda pengenal jenis alamat IPv6, yang disebut dengan Format Prefix (FP). Dalam IPv6, tidak ada subnet mask, yang ada hanyalah Format Prefix.
Beberapa perbandingan utama IPv4 dan IPv6 :
IPv4 |
IPv6 |
Panjang |
Panjang |
Dikonfigurasi |
Tidak |
Dukungan |
Dukungan |
Fragmentasi |
Fragmentasi |
Tidak |
Paket |
Checksum |
Cheksum |
Header |
Data |
Menggunakan |
ARP |
Untuk |
IGMP |
Referensi: wikipedia.org