Film ‘ML’ Maluin

Kehebohan yang lagi bikin ML (baca: Ma Luin), kini melanda bangsa tercinta ini. AAC yang sukses dengan jumlah penonton terbanyak 4 juta orang membuat produser film lain sepertinya memiliki “rasa iri” dalam persaingan pasar.

Berikut sinopsi singkat yang dikutip dari situs 21Cineplex; Wisnu, mahasiswa tampan sinematografi namun belum pernah pacaran, sedang menyelesaikan tugas akhir berupa film dokumenter tentang pergaulan bebas di kalangan mahasiswa. Tinggal serumah dengan Mario dan Askar yang penuh dengan kisah asmara yang bebas, menjadi bahan film dokumenter Wisnu. Lama-kelamaan Wisnu jengah dengan kehidupan sex bebas teman-temannya. Sementara Mario sangat khawatir dengan Wisnu yang dingin dengan wanita. Akhirnya, Mario dan Wisnu taruhan membuktikan kalau Wisnu tidak frigid. Dalam waktu satu bulan, Wisnu harus dapat pacar dan ML. Wisnu menerima tantangan itu dengan syarat Mario tidak ML dengan pacarnya Manda selama satu bulan. Banyak peristiwa tak terduga terjadi, termasuk kehamilan Manda. Benarkah Wisnu frigid? Akankah Mario mempertanggungjawabkan perbuatannya? Bagaimana pula kisah cinta Askar? Penuhi rasa penasaran dari kisah di atas dalam ML (Mau Lagi…?)”

Jadi begitulah sekilas tentang alur cerita film tersebut, bila ingin baca lebih lanjut ML juga telah terbit novelnya yang diterbitkan oleh Gagas Media. Lagi-lagi penerbit yang banyak memuat novel-novel yang saya sendiri sempat diprotes akibat mempublish novelnya mas Emka yang berjudul Jakarta Undercover (JUC).

Mari kita lihat siapa sebenarnya yang berada di balik dapur rekaman dan alur cerita tersebut, ternyata dari yang paling tenar terdapat nama sutradara Thomas Nawilis yang isunya film ini terinspirasi dari pengalaman pribadi.

Selain itu pemeran utama film ML ini, Ratu Felisha juga terlihat tenang-tenang saja saat diminta keterangan dari pihak media massa, turut meramaikan juga dalam film ini adalah VJ Marissa, Olga Syahputra dan aktor lawas Gusti Randa. Sedangkan sang penulis skenario ditempati oleh Awi Suryadi.

Tersebar berita bahwa menurut Endang Rukmana mahasiswa FIB UI, salah satu adaptor dari penerbit Gagas Media menyatakan bahwa isi novel ML lebih halus dari filmnya.

Tak lepas dari itu, tepatnya hari Rabu (14/5) aksi yang digencarkan oleh mahasiswa dan MUI akhirnya juga mencuat ke publik. Karena tepatnya tanggal 15 Mei, film ini sebenarnya harus dirilis dibioskop. Tapi apa hendak dikata rumah produksi Indika Entertaiment Shanker harus menahan diri.

Akhirnya saya bisa meng-update berita ini juga setelah menyelesaikan pekerjaan Adbis hari ini (16/5), walaupun sudah duluan diluncurkan ke publik dengan berbagai komentar yang berbeda-beda. Semoga semua orang bisa menahan diri, menjual film tidak mesti dengan sensasi seperti ini.

Kenapa harus mengangkat judul seperti itu? bila masyarakat masih bisa melihat dengan norma kesopanan yang ada. Jangan beralasan dengan hal yang tabu “Free Sex” itu tidak bisa diangkat ke masyarakat, tapi bagi mereka tukang produksi film TOLONG INGAT RAKYAT INDONESIA punya budaya dan moral.

Kenapa para produser memberanikan diri untuk mempublish film ini? tentu pasar jadi jawaban salah satunya. Bila memang diprediksi isu film ini mencuat kenapa harus heboh dengan kesalahan ambil “judul”.

Sudah banyak film Indonesia yang dibredel dan dicekal oleh berbagai lembaga dan badan sensor (baca ini). Dan terakhir semua kembali kepada kita, bisa berbuat untuk lebih baik atau sebaliknya. Wallahu’alam

Trailler Film ML :
[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=2x-1RehKU1w]

This entry was posted in Movie. Bookmark the permalink.